• Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat.
Dapat pula dikatakan sebagai ukuran panas/dinginnya suatu benda. Temperatur
adalah suatu subtansi panas atau dingin. Sementara dalam bidang termodinamika
suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem untuk melepaskan
tenaga secara spontan.
• Suhu inti (core temperature), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan
dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini
biasanya dipertahankan relative konstan sekitar 37°C kecuali seseorang yang
mengalami demam, maka akan terjadi peningkatan suhu.
• Suhu normal rata-rata secara umum adalah 36-37,5°C.
Sistem pengatur suhu tubuh terdiri atas tiga bagian yaitu: reseptor yang
terdapat pada kulit dan bagian tubuh yang lainnya, integrator didalam
hipotalamus, dan efektor sistem yang mengatur produksi panas dengan kehilangan
panas. Reseptor sensori paling banyak terdapat pada kulit. Kulit mempunyai
lebih banyak reseptor untuk dingin dan panas dibanding reseptor yang terdapat
pada organ tubuh lain seperti lidah, saluran pernapasan, maupun organ visera
lainnya.
Bila kulit menjadi dingin melebihi suhu tubuh, maka ada tiga proses yang
dilakukan untuk meningkatkan suhu tubuh. Ketiga proses tersebut yaitu
>> mengigil untuk meningkatkan produksi panas,
>> berkeringat untuk menghalangi kehilangan panas, dan
>> vasokontraksi untuk menurunkan kehilangan panas.
Selain reseptor suhu tubuh yang dimiliki kulit, terdapat reseptor
suhu lain yaitu reseptor pada inti tubuh yang merespon terhadap suhu pada organ
tubuh bagian dalam, seperti : visera abdominal, spinal cord, dan lain-lain.
Thermoreseptor di hipotalamus lebih sensitif terhadap suhu inti ini.
Hipotalamus integrator sebagai pusat pengaturan suhu inti berada di preoptik
area hipotalamus. Bila sensitif reseptor panas di hipotalamus dirasang efektor
sistem mengirim sinyal yang memprakasai pengeluaran keringat dan vasodilatasi
perifer. Hal tersebut dimaksudkan untuk menurunkan suhu, seperti menurunkan
produksi panas dan meningkatkan kehilangan panas.
Sinyal dari sensitif reseptor dingin di hipotalamus memprakarsai efektor
untuk vasokontriksi, menggigil, serta melepaskan epineprin yang meningkatkan
produksi panas. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan produksi panas dan
menurunkan kehilangan panas. Efektor sytem yang lain adalah sytem saraf
somatik. Bila sytem ini dirangsang, maka seseorang secara sadar membuat
penilaian yang cocok, misalnya menambah baju sebagai respon terhadap dingin,
atau mendekati kipas angin bila kepanasan.
Faktor2 yang mempengaruhi Suhu Tubuh
1)
USIA
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme
pengaturan suhu tubuh sehingga dapat terjadi perubahan suhu
tubuh yang drastis terhadap lingkungan. Pastikan mereka
mengenakan pakaian yang cukup dan hindari pajanan terhadap
suhu lingkungan. Seorang bayi baru lahir dapat kehilangan 30%
panas tubuh melalui kepala sehingga ia harus menggunakan tutup kepala untuk
mencegah kehilangan panas. suhu tubuh bayi baru lahir antara 35,5–37,5°C.
Regulasi tubuh baru mencapai kestabilan saat pubertas.
Suhu normal akan terus menurun saat seseorang
semakin tua. Para dewasa tua memiliki kisaran suhu tubuh yang
lebih rendah dibandingkan dewasa muda. Suhu oral senilai 35°C
pada lingkungan dingin cukup umum ditemukan pada dewasa tua. Namun rata - rata
suhu tubuh dari dewasa tua adalah 36°C. Mereka lebih sensitif terhadap suhu
yang ekstrem karena perburukan mekanisme pengaturan, terutama pengaturan
vasomotor (vasokontriksi dan vasodilatasi) yang buruk, berkurangya aktivitas
kelenjar keringat dan metabolisme yang menurun.
2) Olahraga
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta
peningkatan pemecahan karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk olahraga
meningkatkan metabolisme dan dapat meningkatkan produksi panas sehingga terjadi
peningkatan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama seperti lari jarak jauh dapat
meningkatkan suhu tubuh sampai 41 °C.
3) Kadar Hormon
Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih
besar. Hal tersebut dikarenakan adanya variasi hormonal saat
siklus menstruasi. Kadar progesteron naik dan turun sesuai siklus
menstruasi. Saat progesteron rendah, suhu tubuh berada dibawah
suhu dasar yaitu sekitar 1/10nya. Suhu ini bertahan sampai terjadi
ovulasi, kadar progesteron yang memasuki sirkulasi akan
meningkat dan menaikan suhu tubuh kesuhu dasar atau kesuhu
yang lebih tinggi. Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi
masa subur seorang wanita.
4) Irama Sirkadian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1°C selama
periode 24 jam. Suhu terendah berada diantara pukul 01 sampai 04 pagi. Pada
siang hari suhu tubuh meningkat dan
mencapai maksimum pada pukul 18 sore, lalu menurun kembali
sampai pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada
individu yang bekerja di malam hari dan tidur di siang hari.
Dibutuhkan 1 sampai 3 minggu untuk terjadinya pembalikan
siklus. Secara umum, irima suhu sirkardian tidak berubah seiring
usia.
5) Stres
Stres fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh
melalui stimulasi hormonal dan saraf. Perubahan fisologis ini
meningkatkan metebolisme, yang akan meningkatkan produksi
panas. Pasien yang gelisah akan memiliki suhu normal yang lebih
tinggi.
6) Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme
kompensasi yang tepat, suhu tubuh manusia berubah mengikuti
suhu lingkungan. Suhu lingkungan lebih berpengaruh terhadap
anak-anak dan dewasa tua karena mekanisme regulasi suhu mereka yang kurang
efisien.
7) Penyakit
Penyakit dapat meningkatkan terjadinya kenaikan suhu tubuh. Diantaranya
adalah : demam berdarah, demam tifoid, febris, malaria, dsb.
Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara simultan. Stuktur
kulit dan paparan terhadap lingkungan secara konstan, pengeluaran panas secara
normal melalui :
- Radiasi
Transfer panas dari permukaan
suatu objek ke permukaan objek lainnya tanpa kontak lansung diantara keduanya.
panas pada 85 % area luas permukaan tubuh diradiasikan kelingkungan. Vasokontriksi perifer meningkatkan aliran
darah dari organ dalam ke kulit, karena radiasi dapat mempercepat panas tubuh.
Sedangkan, vasokontriksi perifer meminimalisasi kehilangan panas. Jika
lingkungan lebih panas dibandingkan kulit, tubuh akan menyerap panas melalui
radiasi. Contohnya : mungkin kita akan melepaskan pakaian ataupun selimut.
b) Konduksi
Transfer panas dari dan melalui kontak langsung antara dua
objek. Beda padat, cair, dan gas mengkonduksi panas melalui
kontak. Saat kulit yang hangat menyentuh objek yang lebih dingin, panas akan
hilang. Konduksi hanya berperan untuk sejumlah kecil kehilangan panas.
Contohnya : memberikan kompres es dan memandikan pasien dengan kain dingin.
c) Konveksi
Transfer panas melalui melalui gerakan udara. Panas akan konduksi ke udara
terlebih dahulu sebelum dibawa aliran konveksi,
kehilangan panas melalui konveksi sekitar 15%. Contohnya : kipas
angin. Kehilangan panas konvektif meningkat jika kulit yang
lembab terpapar dengan udara yang bergerak.
d) Evaporasi
Transfer energi panas sat cairan berubah menjadi gas. Tubuh
kehilangan panas secara kontinu melalui evaporasi. Sekitar 600 –
900 cc air tiap harinya menguap dari kulit dan paru – paru sehingga terjadi
kehilangan air dan panas. tubuh menambah evaporasi melalui perspirasi
(berkeringat). Saat suhu tubuh meningkat, hipotalamus anterior menberikan
sinyal kepada kelenjar keringat untuk melepaskan keringat melalui saluran kecil
pada permukaan kulit. Keringat akan mengalami evaporsi, sehingga terjadi
kehilangan panas.
e) Diaforesis
Perspirasi yang tampak dan umumnya terjadi pada dahi dan
dada bagian atas. Evaporsi yang berlebihan akan menyebabkan
sisik pada kulit dan rasa gatal serta pengeringan nasal dan faring.
Suhu tubuh yang menurun akan menghambat sekresi kelenjar
keringat. Kelainan kongenital berupa ketiadaan kelenjar keringat
dapat menyebabkan seseorang tidak dapat bertahan pada suhu
hangat karena tidak mampu mendinginkan tubuhnya.
Macam2 gangguan thermoregulation
1) Demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang sangat penting. Peningkatan
system imun tubuh. Demam juga merupakan bentuk pertarungan akibat infeksi
karena
virus menstimulasi interferon (substansi yang bersifat melawan
virus). Pola demam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan
jumlah pirogen berakibat puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda.
Pirogen, seperti bakteri atau virus meningkatkan suhu tubuh. Pirogen bertindak
sebagai antigen yang memicu respons sistem imun.
2) Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas karena terjadi bila diaferosis yang
banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan eletrolit secara
berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan gejala
kurang volume cairan adalah hal umum selama kelelahan akibat panas. tindakan
pertama yaitu memindahkan pasien kelingkungan yang lebih dingin serta
memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.
3) Hipertermi
Peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas
tersebut disebut hipertermi. Hipertermi terjadi
karena adanya beban yang berlebihan pada mekanisme pengaturan suhu
tubuh. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi
mekanisme panas. Hipertermi malginan adalah kondisi bawaan yang tidak dapat
mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentang mengunakan
obat-obatan anastetik tertentu.
4) Heatstroke
Panas akan menekan fungsi hipotalamus. Pajanan / paparan yang lama terhadap
matahari atau lingkungan panas akan membebani mekanisme kehilangan panas, panas
yang terjadi pada tubuh mengakibatkan heatstroke yaitu kegawatan berbahaya
dengan mortalitas yang tinggi. Pasien yang berisiko adalah anak-anak, lansia,
pederita penyakit kardiovaskular, hipotiroid, diabetes atau alkoholisme. Tanda dan gejala heatstroke adalah rasa
bingung, haus yang sangat, mual, kram otot, gangguan penglihatan dan bahkan
inkontinensia. Tanda yang paling penting adalah kulit yang panas dan kering.
5) Hipotermi
Pengeluaran panas yang hilang saat paparan lama terhadap
lingkungan dingin akan melebihi kemampuan tubuh untuk
menghasilkan panas, sehingga terjadi hipotermi. Hipotermi
dikelompokan oleh pengukuran suhu inti.
Kemampuan seseorang untuk beradaptasi terhadap lingkungan sekitarnya
berbeda antara satu dan lainnya, hal tersebut dapat terlihat pada tingkat
aklimatisasinya terhadap suhu. Pada saat kita harus melakukan aktivitas atau
latihan pada suhu tinggi, kita akan kehilangan banyak cairan, oleh karenanya
tubuh akan menjalankan beberapa mekanisme fisiologis untuk mengeluarkan panas
untuk menstabilkan suhu inti tubuh, dengan tetap memperhatikan dan menjalankan
usaha2 untuk menggantikan cairan tubuh yang keluar dengan membawa serta mineral
tubuh baik secara internal maupun didukung dengan usaha eksternal.
Comments
Post a Comment